Selebgram Lebih Digandrungi Marketers Untuk Meng-endorse Merek Dibandingkan Artis
Selebgram Lebih Digandrungi Marketers Untuk Meng-endorse Merek Dibandingkan Artis — Popularitas media sosial khususnya Instagram telah mengubah cara pemasar dalam mempromosikan produknya. Dulu, periklanan konvensional seperti iklan majalah, surat kabar maupun televisi dengan memanfaatkan popularitas artis terkenal menjadi pilihan utama marketer. Kini, pemasar lebih memilih selebgram yang umumnya memiliki banyak followers untuk mendukung aktivitas promosi.
Selebgram sebagai bagian dari influencer marketing semakin memegang peranan penting dalam upaya untuk mempengaruhi baik pikiran maupun perilaku orang-orang dalam lingkarannya. Kemampuan selebgram dalam mempersuasi orang secara halus inilah yang menjadi kekuatan mereka dan menarik para pemasar. Dan, platform media sosial, dalam hal ini Instagram, menjadi andalan selebgram untuk menunjukkan eksistensinya.
Selebriti terkenal yang selama ini banyak dikenal orang adalah mereka yang sering tampil di layar televisi seperti artis sinetron atau penyanyi. Mereka terkenal di "dunia nyata" dan eksis pula di "dunia maya". Namun berbeda dengan selebgram atau disebut juga dengan selebriti internet yang hanya terkenal di dunia maya dan tidak (terlalu) terkenal di dunia nyata. Hal inilah yang membedakan antara artis sungguhan dengan para selebgram.
Bagi kaum netizen yang sering mengakses Instagram atau sering disebut juga Instagrammer pastinya mengenal istilah "endorse". Dewasa ini, endorse produk melalui media sosial khususnya Instagram semakin marak. Dan, kehadiran selebgram yang mempunyai banyak followers menjadi daya tarik tersendiri yang memikat para pemilik online shop maupun para pemilik brand.
Maraknya tren pemasaran endorse tersebut menjadi perhatian Sociabuzz.com, direktori dan marketplace influencer pertama dan terbesar di Indonesia. Awal tahun 2018 ini, Sociabuzz.com melakukan berbagai riset dan merangkumnya ke dalam laporan yang bertajuk: “The State of Influencer Marketing 2018 in Indonesia: Kupas Tuntas Tren Pemasaran “Endorse”.
Responden dalam penelitian tersebut, yaitu sebanyak 70% adalah brand/produsen, 18% branding/advertising agency, 8% perusahaan start up, dan 4% online shop. Mereka yang menjadi responden adalah yang pernah menggunakan selebgram untuk memromosikan brand-nya dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang.
Banyak fakta-fakta menarik yang ditemukan dari hasil penelitian Sociabuzz.com tersebut. Tujuan utama penggunaan selebgram untuk endorse produk yaitu untuk meningkatkan brand awareness, sebanyak 98,8%. Sedangkan tujuan lainnya, untuk edukasi konsumen, meningkatkan penjualan dan followers, serta search engine optimization (SEO).
Instagram, berdasarkan penelitian itu, masih menjadi primadona dan pilihan utama bagi marketer untuk menggunakan influencer dengan persentase 98,8%. Selanjutnya, urutan penggunaan media sosial untuk melancarkan program pemasaran yaitu: YouTube (41,0%), Blog (28,9%), Twitter (26,5%), dan Facebook (19,3%).
Menariknya, selebgram ternyata mampu menggusur popularitas artis terkenal dan menjadi pilihan marketer. Sebanyak 59,0 % responden lebih memilih selebgram untuk meng-endorse produknya. Dan hanya 22,9% yang menggunakan artis/selebriti terkenal. Selebihnya, 14,5% pemasar menggunakan micro influencer, pemilik akun Instagram dengan kisaran 5000 - 20.000 followers, dan 3,6% memakai semua tipe influencer.
“Ketenaran seseorang bukan lagi menjadi hal utama yang dipertimbangkan marketer saat memilih sosok untuk mempromosikan produknya, seperti yang umum dilakukan di era sebelum adanya media sosial.” ujar Rade Tampubolon, CEO & Co-Founder SociaBuzz.com. “Sekarang marketer bisa memilih influencer dengan karakteristik dan keunikan tertentu sesuai dengan strategi komunikasi dan pemasaran yang ingin dijalankan.” tambahnya lagi.
Lalu, apa yang menjadi pertimbangan utama marketer dalam memilih seorang influencer? Sebanyak 69,9% responden mengutamakan engagement rate atau tingkat keterlibatan antara selebgram dengan audiensnya. Selanjutnya, 53,0% responden mempertimbangkan gaya hidup (lifestyle) dan karakteristik influencer. Jumlah followers influencer juga menjadi pertimbangan dengan angka 50,6% dan kualitas konten sebanyak 47,0%.
“Pemasaran menggunakan influencer memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan cara pemasaran lainnya, dikarenakan promosi dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya dan disukai oleh para pengikutnya.” jelas Rade. “Misi kami di SociaBuzz.com adalah untuk membantu para marketer dan bisnis menjalankan influencer marketing dengan baik untuk mencapai tujuan pemasaran secara maksimal.”
Yang membuat banyak orang penasaran, berapa sih rata-rata biaya/budget yang harus dikeluarkan untuk influencer marketing dalam setahun? Hasil riset menunjukkan, 32,9% responden paling banyak menghabiskan Rp. 100 - 500 juta. Dan, hanya 2,9% marketer, angka paling kecil, yang memiliki anggaran Rp. 1 - 5 miliar.
Beberapa tantangan atau permasalahan yang sering dihadapi pemasar yaitu mencari influencer yang cocok untuk diajak bekerja sama. Hal-hal lain yang menjadi tantangan yaitu soal review, revisi, dan persetujuan konten. Komunikasi seperti mencari kontak dan menghubungi influencer, negosiasi harga hingga monitoring juga menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi.
Lantas, bagaimana marketer bisa mendapatkan influencer yang sesuai dengan ekspektasi? Sebagian besar marketer, sebanyak 49,4%, lebih memilih agency atau penyedia jasa endorse. Ada pula pemasar yang memilih sendiri influencer, yaitu sebanyak 41,0%.
Hasil riset dari Sociabuzz.com juga mengungkapkan jenis-jenis digital marketing yang sering digunakan pemasar. Di antaranya yaitu: social media marketing (69,9%), content marketing (69,9%), influencer marketing (65,1%) search marketing (51,8%), display/banner ads (43,3%), affiliate marketing (25,3%), dan email marketing (24,1%).
Apakah penggunaan influencer marketing efektif untuk memasarkan brand dan mampu mencapai tujuan bisnis? Menurut data statistik penelitian, dari Nilai 1 (sangat tidak efektif) hingga Nilai 10 (sangat efektif), angka paling banyak yaitu sebesar 33,7% yang berada pada Nilai 7. Lebih lengkapnya, kamu bisa melihat hasil penelitan Sociabuzz.com di sini. (BiteBrands)
Selebgram sebagai bagian dari influencer marketing semakin memegang peranan penting dalam upaya untuk mempengaruhi baik pikiran maupun perilaku orang-orang dalam lingkarannya. Kemampuan selebgram dalam mempersuasi orang secara halus inilah yang menjadi kekuatan mereka dan menarik para pemasar. Dan, platform media sosial, dalam hal ini Instagram, menjadi andalan selebgram untuk menunjukkan eksistensinya.
Loading...
Selebriti terkenal yang selama ini banyak dikenal orang adalah mereka yang sering tampil di layar televisi seperti artis sinetron atau penyanyi. Mereka terkenal di "dunia nyata" dan eksis pula di "dunia maya". Namun berbeda dengan selebgram atau disebut juga dengan selebriti internet yang hanya terkenal di dunia maya dan tidak (terlalu) terkenal di dunia nyata. Hal inilah yang membedakan antara artis sungguhan dengan para selebgram.
Bagi kaum netizen yang sering mengakses Instagram atau sering disebut juga Instagrammer pastinya mengenal istilah "endorse". Dewasa ini, endorse produk melalui media sosial khususnya Instagram semakin marak. Dan, kehadiran selebgram yang mempunyai banyak followers menjadi daya tarik tersendiri yang memikat para pemilik online shop maupun para pemilik brand.
Maraknya tren pemasaran endorse tersebut menjadi perhatian Sociabuzz.com, direktori dan marketplace influencer pertama dan terbesar di Indonesia. Awal tahun 2018 ini, Sociabuzz.com melakukan berbagai riset dan merangkumnya ke dalam laporan yang bertajuk: “The State of Influencer Marketing 2018 in Indonesia: Kupas Tuntas Tren Pemasaran “Endorse”.
Responden dalam penelitian tersebut, yaitu sebanyak 70% adalah brand/produsen, 18% branding/advertising agency, 8% perusahaan start up, dan 4% online shop. Mereka yang menjadi responden adalah yang pernah menggunakan selebgram untuk memromosikan brand-nya dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang.
Gambar: Sociabuzz.com |
Banyak fakta-fakta menarik yang ditemukan dari hasil penelitian Sociabuzz.com tersebut. Tujuan utama penggunaan selebgram untuk endorse produk yaitu untuk meningkatkan brand awareness, sebanyak 98,8%. Sedangkan tujuan lainnya, untuk edukasi konsumen, meningkatkan penjualan dan followers, serta search engine optimization (SEO).
Instagram, berdasarkan penelitian itu, masih menjadi primadona dan pilihan utama bagi marketer untuk menggunakan influencer dengan persentase 98,8%. Selanjutnya, urutan penggunaan media sosial untuk melancarkan program pemasaran yaitu: YouTube (41,0%), Blog (28,9%), Twitter (26,5%), dan Facebook (19,3%).
Menariknya, selebgram ternyata mampu menggusur popularitas artis terkenal dan menjadi pilihan marketer. Sebanyak 59,0 % responden lebih memilih selebgram untuk meng-endorse produknya. Dan hanya 22,9% yang menggunakan artis/selebriti terkenal. Selebihnya, 14,5% pemasar menggunakan micro influencer, pemilik akun Instagram dengan kisaran 5000 - 20.000 followers, dan 3,6% memakai semua tipe influencer.
“Ketenaran seseorang bukan lagi menjadi hal utama yang dipertimbangkan marketer saat memilih sosok untuk mempromosikan produknya, seperti yang umum dilakukan di era sebelum adanya media sosial.” ujar Rade Tampubolon, CEO & Co-Founder SociaBuzz.com. “Sekarang marketer bisa memilih influencer dengan karakteristik dan keunikan tertentu sesuai dengan strategi komunikasi dan pemasaran yang ingin dijalankan.” tambahnya lagi.
Loading...
Lalu, apa yang menjadi pertimbangan utama marketer dalam memilih seorang influencer? Sebanyak 69,9% responden mengutamakan engagement rate atau tingkat keterlibatan antara selebgram dengan audiensnya. Selanjutnya, 53,0% responden mempertimbangkan gaya hidup (lifestyle) dan karakteristik influencer. Jumlah followers influencer juga menjadi pertimbangan dengan angka 50,6% dan kualitas konten sebanyak 47,0%.
“Pemasaran menggunakan influencer memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan cara pemasaran lainnya, dikarenakan promosi dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya dan disukai oleh para pengikutnya.” jelas Rade. “Misi kami di SociaBuzz.com adalah untuk membantu para marketer dan bisnis menjalankan influencer marketing dengan baik untuk mencapai tujuan pemasaran secara maksimal.”
Yang membuat banyak orang penasaran, berapa sih rata-rata biaya/budget yang harus dikeluarkan untuk influencer marketing dalam setahun? Hasil riset menunjukkan, 32,9% responden paling banyak menghabiskan Rp. 100 - 500 juta. Dan, hanya 2,9% marketer, angka paling kecil, yang memiliki anggaran Rp. 1 - 5 miliar.
Gambar: Sociabuzz.com |
Beberapa tantangan atau permasalahan yang sering dihadapi pemasar yaitu mencari influencer yang cocok untuk diajak bekerja sama. Hal-hal lain yang menjadi tantangan yaitu soal review, revisi, dan persetujuan konten. Komunikasi seperti mencari kontak dan menghubungi influencer, negosiasi harga hingga monitoring juga menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi.
Lantas, bagaimana marketer bisa mendapatkan influencer yang sesuai dengan ekspektasi? Sebagian besar marketer, sebanyak 49,4%, lebih memilih agency atau penyedia jasa endorse. Ada pula pemasar yang memilih sendiri influencer, yaitu sebanyak 41,0%.
Hasil riset dari Sociabuzz.com juga mengungkapkan jenis-jenis digital marketing yang sering digunakan pemasar. Di antaranya yaitu: social media marketing (69,9%), content marketing (69,9%), influencer marketing (65,1%) search marketing (51,8%), display/banner ads (43,3%), affiliate marketing (25,3%), dan email marketing (24,1%).
Apakah penggunaan influencer marketing efektif untuk memasarkan brand dan mampu mencapai tujuan bisnis? Menurut data statistik penelitian, dari Nilai 1 (sangat tidak efektif) hingga Nilai 10 (sangat efektif), angka paling banyak yaitu sebesar 33,7% yang berada pada Nilai 7. Lebih lengkapnya, kamu bisa melihat hasil penelitan Sociabuzz.com di sini. (BiteBrands)
Loading...
Post a Comment