Mengintegrasikan Traditional dengan Digital Marketing di Tengah Derasnya Arus Teknologi Informasi

Mengintegrasikan Traditional dengan Digital Marketing di Tengah Derasnya Arus Teknologi Informasi — Internet yang merupakan bentuk teknologi informasi ditambah lagi dengan tumbuh suburnya platform media sosial mampu mengubah cara pandang dan perilaku orang dalam banyak bidang. Hampir semua aspek dalam kehidupan kita telah berubah mulai dari cara berkomunikasi hingga upaya untuk memasarkan brand kepada khalayak yang semakin tech savvy.

Dalam beberapa dekade ini, strategi pemasaran global banyak mengalami transformasi. Para marketer, dulu, lebih mengandalkan cara-cara konvensional seperti memasang iklan-iklan di televisi, majalah, surat kabar hingga billboard yang terpasang di pinggir jalan strategis. Kini, internet beserta media sosial di dalamnya menjadi alternatif bagi pemasar untuk lebih mendekatkan brand-nya kepada audiens.

Pertanyaannya, apakah perkembangan teknologi informasi seperti internet maupun media sosial (online) akan menggusur dan menghilangkan metode pemasaran tradisional (offline)? Lalu, bagaimanakah marketer harus menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi persaingan pasar di era yang serba digital seperti sekarang ini?

liputan event seminar marketing insight seminar strategy mist fakultas ekonomi bisnis feb universitas indonesia ui reportase jurnalisme media massa online mencari sponsorship media partner kerjasama proposal pembicara narasumber speakers ahli profesional berpengalaman jadwal acara kegiatan jam tanggal hari tiket lokasi tempat rundown
Joseph Tan (berdiri) menyampaikan materi di depan audiens

Untuk menggali lebih dalam tentang pemasaran di era digital, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia menyelenggarakan Seminar yang bertajuk "The Age of Creative Marketing Integration", diselenggarakan pada Selasa, 27 Februari 2018 di Gedung Dekanat FEB UI Depok. Seminar sesi pertama tersebut merupakan bagian dari "The 14th Marketing Insight Seminar and Training" yang menghadirkan beberapa pembicara ahli yang sangat berpengalaman dalam bidang pemasaran.

Para pembicara tersebut yaitu: De Yong Adrian (President of Indonesia Marketing Association), Jacky Mussry (Deputy CEO Markplus, Inc.), dan Joseph Tan (CEO of Mullenlowe Group Indonesia). Ketiga pembicara memaparkan bagaimana media iklan tradisional mampu bersinergi dan berintegrasi dengan teknologi digital seperti internet maupun media sosial.

De Yong Adrian yang juga merupakan Marketing Director PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengawali seminar dengan memberi contoh kasus yang terjadi pada bidang keuangan, khususnya perkembangan financial technology (fintech). Menurutnya, fintech yang merupakan salah bentuk digital marketing dapat berkembang dengan pesat di Indonesia karena adanya kesadaran dari produsen atau pelaku industri untuk menggunakan teknologi dalam hal pendanaan bisnis mereka.

Yang kedua, tambah De Yong Adrian lagi, pelaku industri dapat merasakan sendiri nilai tambah atau keuntungan dari penggunaan fintech, yaitu kemudahan dan efisiensi dalam pengurusan pembiayaan. Selain itu, para pelaku industri tidak perlu lagi mengurus sendiri proses pembiayaan karena telah ditangani oleh perusahaan fintech.

"Pada saat sekarang, dia (traditional dan digital marketing) masih berjalan secara paralel. Tapi ke depan, yang tradisional agak menurun, yang digital akan naik", ujar De Yong Adrian.


Loading...



Senada dengan De Yong Adrian, Jacky Mussry yang merupakan Director of Tourism at Indonesia Marketing Association dan juga Head of Philip Kotler Center for ASEAN Marketing Foundation mengatakan bahwa pada realita saat ini, pemasaran online dan offline dapat berjalan beriringan. Menurutnya, pemasaran online tidak bisa menggantikan pemasaran offline selama orang masih membutuhkan pengalaman untuk melihat, merasakan produk yang ingin dibelinya atau memerlukan bertemu dengan seseorang untuk mencari informasi lebih dalam tentang suatu produk.

Menurutnya, konektivitas menjadi hal paling utama di tengah era kemajuan internet seperti sekarang. Ketergantungan orang pada koneksi internet pada akhirnya mampu mengubah perilaku orang. Misalnya dari yang tadinya mengikuti berita melalui stasiun televisi menjadi menyimak trending topic di Twitter untuk mengetahui kejadian-kejadian yang sedang naik ke permukaan. Orang pun tak lagi mengandalkan film-film Hollywood box office sebagai sarana hiburan, namun lebih memilih untuk mengakses most viewed/liked/subscribed video lewat YouTube.

Keputusan orang dalam memilih produk dan melakukan pembelian pun tidak lagi sepenuhnya dipengaruhi oleh iklan yang dilihat di televisi. Menurut Jacky Mussry, ada "F-Factor" yang dapat membentuk perilaku seseorang, yaitu: fans/followers, friends, dan family. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan, kaum netizen seringkali memanfaatkan platform yang menampilkan rating dan testimonial dari pembeli suatu brand tertentu.

Jacky Mussry menekankan, yang menjadi tantangan terbesar bagi pelaku bisnis adalah bagaimana memadukan pemasaran online dan offline secara terintegrasi. Ia pun memberi contoh bagaimana sebuah situs e-commerce yang memfokuskan penjualannya melalui transaksi online melakukan pemasaran offline untuk memperlebar pangsa pasarnya. Hal itu membuktikan bahwa meskipun peran pemasaran online cenderung menguat, namun pemasaran offline tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

liputan event seminar marketing insight seminar strategy mist fakultas ekonomi bisnis feb universitas indonesia ui reportase jurnalisme media massa online mencari sponsorship media partner kerjasama proposal pembicara narasumber speakers ahli profesional berpengalaman jadwal acara kegiatan jam tanggal hari tiket lokasi tempat rundown
Dari kiri ke kanan: Jacky Mussry, Joseph Tan, dan De Yong Adrian pada sesi konferensi pers

Realita yang terjadi saat ini, tambah Jacky Mussry, yaitu konsumen berinteraksi dengan brand melalui percakapan sosial. Konsumen pun mengharapkan partisipasi dalam proses pemasaran. Dan itu bisa dilakukan baik secara online melalui media sosial maupun secara offline lewat brand activation. Dalam hal ini, engagement atau keterlibatan antara konsumen dengan brand menjadi sangat krusial.

Ketatnya persaingan dengan banyaknya produk sejenis yang beredar di pasar, menurut Joseph Tan, membuat marketer harus lebih berpikir keras. Upaya untuk merebut perhatian konsumen pun menjadi lebih berat dengan meningkatnya kompetitor. Sebagai gambaran, dulu, menentukan segmentasi cukup sederhana misalnya dengan memilih konsumen dengan usia 18  - 40 tahun, pekerja profesional, dan sebagainya. Namun kini, di Indonesia sendiri telah terbagi menjadi 42 segmentasi dalam 6 kategori.

Untuk mengatasi hal itu, tambah Joseph Tan, pemasar harus meningkatkan online pressence setiap saat untuk mencuri perhatian konsumen yang selalu terhubung dengan internet. Marketer perlu merancang stimulus-stimulus di setiap channel yang ada, memotivasi konsumen sehingga mereka memiliki alasan yang kuat untuk membeli.

Joseph Tan yang memulai kariernya di Indonesia sejak tahun 2008 ini menekankan pentingnya narasi atau cerita dalam proses penyampain pesan merek. Narasi ini seperti halnya storrytelling yang dikemas dalam iklan dan membuat brand berkesan lebih hidup dan humanis. Aspek humanis inilah yang menjadi salah satu pemicu bagi konsumen untuk melakukan suatu tindakan. (BiteBrands)

Teks & Foto: PDH/BiteBrands.co

The 14th MIST FEB UI


Website: www.mist-febui.com
Line: @mistfebui
Instagram: @mistfebui
Twitter: @mistfebui
Facebook: @mistfebui
Loading...

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.