Mengulik Kesuksesan 4 Startup Unicorn Indonesia
Mengulik Kesuksesan 4 Startup Unicorn Indonesia — Gaung startup unicorn masih kerapkali didengar beberapa waktu belakangan. Sebutan unicorn merujuk pada tolak ukur tingkat kesuksesan sebuah startup. Startup yang menyandang predikat ini nampaknya menjadi cap jaminan mutu sebuah startup. Sebenarnya, apa startup unicorn itu? Dan, mengapa dijuluki startup unicorn? Startup unicorn adalah sebuah startup yang telah memiliki valuasi senilai US $ 1 miliar Amerika atau sekitar Rp. 13,1 triliun atau lebih.
Saat ini, terdapat 225 startup di seluruh dunia yang masuk ke dalam kategori unicorn. Empat di antaranya berasal dari Indonesia yang masuk kriteria sebagai startup unicorn, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Lalu, apa dan bagaimanakah kiprah keempat startup ini hingga bisa ditasbihkan sebagai startup unicorn di Indonesia yang berhasil memikat hati para venture capital alias investor internasional? Simak kiprah keempat startup unicorn yang penuh inspiratif berikut ini, yuk.
Siapa yang tak kenal dengan Go-Jek? Sebuah layanan jasa transportasi berbasis sepeda motor online yang telah menyentuh dan mempermudah kehidupan masyarakat. Go-Jek merupakan salah satu startup di Indonesia yang pertumbuhannya paling pesat dan paling mencolok di mata publik dengan layanan yang kian menggurita mulai dari jasa transportasi, kurir, belanja, delivery makanan hingga perawatan kecantikan, dan jasa kebersihan rumah.
Awalnya, Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010 adalah bisnis sambilan Nadiem. Saat itu Nadiem masih berstatus sebagai karyawan di perusahaan riset dan konsultasi global McKinsey and Co. Nadiem memulai dengan sebuah call center dan merekrut 20 supir ojek. Idenya adalah masyarakat mengorder jasa ojek dengan menghubungi call center dan meminta supir ojek untuk menjemput mereka sesuai pesanan. Lalu, sang driver online mengantar mereka sampai tempat tujuan.
Pada pertengahan tahun 2014, investor tertarik pada konsep ride sharing dan menanyakan potensi investasi di Go-Jek. Nadiem Makarim pun memutuskan kembali mengerjakan Go-Jek secara full-time dengan menggandeng Kevin Aluwi yang merupakan Head of Business Intelligence di Zalora untuk mengisi jabatan CFO Go-Jek.
Keduanya meluncurkan aplikasi Go-Jek yang bisa diakses secara mobile melalui handphone Android dan iOS pada bulan Januari 2015. Sejak itu, sayap Go-Jek mengepak kian lebar dengan menambahkan banyak pengemudi termasuk merangkul ojek pangkalan (opang) untuk bergabung dengan Go-Jek. Go-Jek juga meluncurkan layanan baru, serta ekspansi ke lebih banyak kota di Indonesia. Selain itu, Go-Jek tak hanya dikenal sebagai perusahaan aplikasi penyedia jasa transportasi saja.
Ia pun menempatkan dirinya sebagai one-stop service application di mana Go-Jek menyediakan berbagai pelayanan jasa yang bisa dipesan oleh pelanggan hanya dari sebuah aplikasi. Go-Jek telah menyediakan 15 layanan jasa dalam aplikasinya. Kesemua layanan tersebut mencakup layanan transportasi, logistik, pembayaran, layanan antar makanan, perawatan kecantikan, jasa kebersihan serta layanan on-demand lainnya.
Banyaknya variasi layanan ini menjadi diferensiasi Go-Jek dibandingkan dengan aplikasi layanan transportasi lainnya seperti GrabBike dan Uber. Dengan produk serta prestasi yang cemerlang, para investor internasional pun mulai melirik keberadaan Go-Jek. Mereka jatuh hati dengan kiprah Go-Jek yang berhasil mengubah peta bisnis industri transportasi yang telah memberikan dampak sosial bagi masyarakat luas di Indonesia.
Investor pun tak main-main dalam mengucurkan dana kepada Go-Jek mulai dari Sequoia Capital, KRR & Co. (Kohlberg Kravis Roberts & Co.) Warburg Pincus, Tencent Holdings, dan JD.com asal China. Investor lokal pun tak mau ketinggalan. Terhitung, PT Astra International Tbk. dan grup Djarum ikut serta menyuntikkan investasi ke Go-Jek. Go-Jek pun berhasil menjadi startup unicorn pertama di Indonesia pada Agustus 2016 hanya dalam waktu 1,5 tahun saja sejak diluncurkan. Karya anak bangsa ini memang pantas dibanggakan karena prestasi dan dampak sosialnya yang dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat Indonesia.
Kalau saja dulu William Tanuwijaya menyerah terhadap mimpinya, mungkin Indonesia tidak akan pernah punya marketplace dan mall online – Tokopedia (Toped). Toped adalah perusahaan jual beli atau marketplace berbasis digital di Indonesia. Diluncurkan pertama kali pada tahun 2009, Tokopedia berhasil menjadi startup dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
Mengusung konsep marketplace dan mall online, Toped memungkinkan setiap orang untuk individu, toko kecil bahkan brand untuk membuka dan mengelola toko secara daring secara gratis. Dengan model bisnis merketplace customer to customer (C2C), Toped memungkinkan setiap orang untuk bisa memiliki akun dan berperan sebagai penjual atau pembeli, atau sekaligus keduanya. Selain itu, Toped juga memfasilitasi transaksi uang secara online.
Berdiri pada 6 Februari 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, di bawah naungan PT Tokopedia, Tokopedia.com versi beta resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009. Ide awalnya adalah saat kedua pendirinya menyadari belum adanya marketplace yang bagus untuk memfasilitasi jual-beli secara daring yang aman dan nyaman bagi penggunanya di Indonesia.
William melihat adanya peluang untuk mengubah pandangan tentang usaha berbasis daring yang penuh dengan penipuan menjadi kegiatan yang bermanfaat dan memberikan keuntungan. Ditambah pula dengan riset tentang kebutuhan masyarakat Indonesia akan kerja sampingan. Akhirnya, ia mendirikan Tokopedia - sebuah startup jual beli online yang menghubungkan penjual dan pembeli di seluruh Indonesia secara gratis.
Jatuh bangun mencari pendanaan atau modal untuk mengembangkan usaha sempat dirasakan William. Meski pernah mengalami kesulitan, akhirnya Toped mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari investor lokal, yaitu PT Indonusa Dwitama. Selanjutnya, berderet investor besar dari internasional ikut memberikan pendanaan bagi startup ini di antaranya, East Ventures, Cyber Agent Ventures, Netprice, SoftBank Ventures Korea, Sequoia Capital, dan SoftBank Internet and Media Inc. (SIMI).
Puncaknya adalah kucuran dana dari Alibaba Group senilai US$1,1 miliar atau sekitar Rp14,7 triliun tepat di hari ulang tahun ke-8 Tokopedia pada 17 Agustus 2017 lalu. Toped pun berhasil mencatatkan diri sebagai startup unicorn di Indonesia dengan valuasi nilai yang telah mencapai lebih dari US$1 miliar.
Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono pada tahun 2010 dengan visi mengubah hidup banyak orang dengan memajukan UMKM melalui internet. Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mall untuk bergabung di Bukalapak.com, namun respon yang diberikan para pedagang di mall sangat rendah. Sebaliknya, respon positif justru datang dari para pedagang kecil. Sejak itu, Achmad Zaky dan tim Bukalapak.com fokus mengajak para pelaku UMKM untuk bergabung sebagai merchants di Bukalapak.
Bukalapak pun memiliki program khusus untuk memfasilitasi para UKM yang ada di Indonesia untuk melakukan transaksi jual beli secara online. Hal ini dilatarbelakangi alasan transaksi melalui online dapat mempermudah UKM dalam menjual produk-produk yang mereka miliki tanpa harus memiliki toko offline. Sedangkan bagi UKM yang telah memiliki toko offline, Bukalapak berharap dapat membantu meningkatkan penjualan mereka.
Kesuksesan pun menghampiri Bukalapak yang ditandai dengan berbagai pencapaian. Hingga awal 2018, Bukalapak memiliki 35 juta pengguna aktif bulanan dengan jumlah mencapai 2,2 juta pelapak. Bukalapak mencatat pertumbuhan transaksi tiga kali lipat pada 2017 dan jumlah transaksi Bukalapak mencapai 320 ribu perhari.
Bukalapak.com lahir dari pendanaan kantong pribadi para pendirinya. Seiring dengan pertumbuhan yang sangat pesat, pendanaan berasal dari beberapa investor seperti 500 Startups, Batavia Incubator, GREE Ventures, IMJ Investment, Aucfan, IREP, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group). Puncaknya adalah pada 16 November 2017, Zaky mengungkapkan bahwa Bukalapak telah memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar (sekitar Rp13,5 triliun) atau masuk ke deretan startup kategori unicorn di Indonesia, mengikuti jejak Go-Jek dan Tokopedia.
Bicara tentang startup unicorn, tak bisa lepas dari keberadaan Traveloka. Sebuah startup penyedia layanan tiket online di Indonesia. Pendiri Traveloka merupakan sekelompok anak muda, yaitu Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang. Ketiganya sepakat memberikan nama Traveloka dan resmi merilis Traveloka pada bulan Oktober 2012. Awalnya, bisnis mereka tidak berjalan dengan mulus karena nyaris tak ada maskapai yang mau bekerja sama dengan mereka.
Mereka pun tidak cepat putus asa dan terus bekerja keras mengembangkan bisnisnya. Lambat laun Traveloka mulai berkembang dan mulai banyak maskapai yang mau bekerja sama dengan mereka. Traveloka tadinya hanya beranggotakan 8 orang dalam menjalankan usahanya. Saat ini, Traveloka sudah memiliki karyawan sebanyak lebih dari ratusan orang yang terbagi-bagi dalam berbagai divisi atau departemen.
Traveloka pun berkembang dengan sangat pesat sebagai salah satu startup tersukses di Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu, Traveloka terus mendapatkan suntikan dana dari beberapa investor seperti East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, hingga Sequoia Capital.untuk mengembangkan bisnisnya.
Terakhir, platform travel online berskala global Expedia menjadi investor dengan menyuntikkan modal senilai US$ 500 juta alias Rp. 6,6 triliun. Expedia pun lantas memposisikan diri sebagai penyumbang modal terbesar dengan angka US$ 350 juta. Dengan investasi dari Expedia tersebut, Traveloka tak hanya memperoleh tambahan modal untuk memperluas atau ekspansi bisnis lainnya. Selain itu, Traveloka berpeluang juga untuk membuka jaringan akomodasi lebih jauh lagi secara global bersama Expedia.
Kucuran dana dari Expedia membuat Traveloka masuk menjadi salah satu perusahaan startup unicorn bersama dengan Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak. menjadi perusahaan startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Kesuksesan Traveloka sebagai agen tiket online nomor satu di Indonesia membuat nama Ferry Unardi, pendiri yang kini menjabat sebagai CEO Traveloka melejit namanya.
Hingga saat ini Traveloka memiliki nilai valuasi mencapai sekitar 26,2 triliun rupiah. Total kunjungan ke website Traveloka mencapai 16.5 juta orang tiap bulannya. Bisnisnya pun turut berkembang, tak hanya melayani penjualan tiket pesawat saja. Traveloka pun sudah merambah ke jasa reservasi hotel dan juga tiket kereta api.
Yang pasti, Traveloka muncul di saat yang tepat. Masyarakat Indonesia memang sedang gemar-gemarnya untuk pergi berwisata. Traveloka yang layanan awalnya menyediakan beragam tiket penerbangan, sudah pasti dibanjiri oleh pengunjung di situsnya untuk mencari tiket pesawat yang termurah. Hal ini ditambah lagi dengan fitur pelengkap di Traveloka yang menyediakan beragam pilihan hotel serta tiket kereta dan tempat atraksi wisata untuk konsumennya.
Yang pasti, keempat startup unicorn tersebut menjadi sebuah sarana pembelajaran sekaligus lecutan semangat untuk tumbuhnya bisnis digital di Indonesia. Bahwa valuasi startup digital masih sangat menarik untuk dicicipi. Apalagi, pemerintah juga sudah mendorong munculnya startup unicorn lokal Indonesia dengan target 1.000 startup unicorn yang ingin dikembangkan pemerintah pada 2020 mendatang. (Marthapuri Dwi Utari)
Saat ini, terdapat 225 startup di seluruh dunia yang masuk ke dalam kategori unicorn. Empat di antaranya berasal dari Indonesia yang masuk kriteria sebagai startup unicorn, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Lalu, apa dan bagaimanakah kiprah keempat startup ini hingga bisa ditasbihkan sebagai startup unicorn di Indonesia yang berhasil memikat hati para venture capital alias investor internasional? Simak kiprah keempat startup unicorn yang penuh inspiratif berikut ini, yuk.
Loading...
Perusahaan Startup Lokal Indonesia yang Sukses
1. Go-Jek
Gambar via tekno.kompas.com |
Siapa yang tak kenal dengan Go-Jek? Sebuah layanan jasa transportasi berbasis sepeda motor online yang telah menyentuh dan mempermudah kehidupan masyarakat. Go-Jek merupakan salah satu startup di Indonesia yang pertumbuhannya paling pesat dan paling mencolok di mata publik dengan layanan yang kian menggurita mulai dari jasa transportasi, kurir, belanja, delivery makanan hingga perawatan kecantikan, dan jasa kebersihan rumah.
Awalnya, Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010 adalah bisnis sambilan Nadiem. Saat itu Nadiem masih berstatus sebagai karyawan di perusahaan riset dan konsultasi global McKinsey and Co. Nadiem memulai dengan sebuah call center dan merekrut 20 supir ojek. Idenya adalah masyarakat mengorder jasa ojek dengan menghubungi call center dan meminta supir ojek untuk menjemput mereka sesuai pesanan. Lalu, sang driver online mengantar mereka sampai tempat tujuan.
Pada pertengahan tahun 2014, investor tertarik pada konsep ride sharing dan menanyakan potensi investasi di Go-Jek. Nadiem Makarim pun memutuskan kembali mengerjakan Go-Jek secara full-time dengan menggandeng Kevin Aluwi yang merupakan Head of Business Intelligence di Zalora untuk mengisi jabatan CFO Go-Jek.
Keduanya meluncurkan aplikasi Go-Jek yang bisa diakses secara mobile melalui handphone Android dan iOS pada bulan Januari 2015. Sejak itu, sayap Go-Jek mengepak kian lebar dengan menambahkan banyak pengemudi termasuk merangkul ojek pangkalan (opang) untuk bergabung dengan Go-Jek. Go-Jek juga meluncurkan layanan baru, serta ekspansi ke lebih banyak kota di Indonesia. Selain itu, Go-Jek tak hanya dikenal sebagai perusahaan aplikasi penyedia jasa transportasi saja.
Ia pun menempatkan dirinya sebagai one-stop service application di mana Go-Jek menyediakan berbagai pelayanan jasa yang bisa dipesan oleh pelanggan hanya dari sebuah aplikasi. Go-Jek telah menyediakan 15 layanan jasa dalam aplikasinya. Kesemua layanan tersebut mencakup layanan transportasi, logistik, pembayaran, layanan antar makanan, perawatan kecantikan, jasa kebersihan serta layanan on-demand lainnya.
Banyaknya variasi layanan ini menjadi diferensiasi Go-Jek dibandingkan dengan aplikasi layanan transportasi lainnya seperti GrabBike dan Uber. Dengan produk serta prestasi yang cemerlang, para investor internasional pun mulai melirik keberadaan Go-Jek. Mereka jatuh hati dengan kiprah Go-Jek yang berhasil mengubah peta bisnis industri transportasi yang telah memberikan dampak sosial bagi masyarakat luas di Indonesia.
Investor pun tak main-main dalam mengucurkan dana kepada Go-Jek mulai dari Sequoia Capital, KRR & Co. (Kohlberg Kravis Roberts & Co.) Warburg Pincus, Tencent Holdings, dan JD.com asal China. Investor lokal pun tak mau ketinggalan. Terhitung, PT Astra International Tbk. dan grup Djarum ikut serta menyuntikkan investasi ke Go-Jek. Go-Jek pun berhasil menjadi startup unicorn pertama di Indonesia pada Agustus 2016 hanya dalam waktu 1,5 tahun saja sejak diluncurkan. Karya anak bangsa ini memang pantas dibanggakan karena prestasi dan dampak sosialnya yang dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat Indonesia.
2. Tokopedia
Gambar via dailysocial.id |
Kalau saja dulu William Tanuwijaya menyerah terhadap mimpinya, mungkin Indonesia tidak akan pernah punya marketplace dan mall online – Tokopedia (Toped). Toped adalah perusahaan jual beli atau marketplace berbasis digital di Indonesia. Diluncurkan pertama kali pada tahun 2009, Tokopedia berhasil menjadi startup dengan pertumbuhan yang sangat pesat.
Mengusung konsep marketplace dan mall online, Toped memungkinkan setiap orang untuk individu, toko kecil bahkan brand untuk membuka dan mengelola toko secara daring secara gratis. Dengan model bisnis merketplace customer to customer (C2C), Toped memungkinkan setiap orang untuk bisa memiliki akun dan berperan sebagai penjual atau pembeli, atau sekaligus keduanya. Selain itu, Toped juga memfasilitasi transaksi uang secara online.
Berdiri pada 6 Februari 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison, di bawah naungan PT Tokopedia, Tokopedia.com versi beta resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009. Ide awalnya adalah saat kedua pendirinya menyadari belum adanya marketplace yang bagus untuk memfasilitasi jual-beli secara daring yang aman dan nyaman bagi penggunanya di Indonesia.
Loading...
William melihat adanya peluang untuk mengubah pandangan tentang usaha berbasis daring yang penuh dengan penipuan menjadi kegiatan yang bermanfaat dan memberikan keuntungan. Ditambah pula dengan riset tentang kebutuhan masyarakat Indonesia akan kerja sampingan. Akhirnya, ia mendirikan Tokopedia - sebuah startup jual beli online yang menghubungkan penjual dan pembeli di seluruh Indonesia secara gratis.
Jatuh bangun mencari pendanaan atau modal untuk mengembangkan usaha sempat dirasakan William. Meski pernah mengalami kesulitan, akhirnya Toped mendapatkan seed funding (pendanaan awal) dari investor lokal, yaitu PT Indonusa Dwitama. Selanjutnya, berderet investor besar dari internasional ikut memberikan pendanaan bagi startup ini di antaranya, East Ventures, Cyber Agent Ventures, Netprice, SoftBank Ventures Korea, Sequoia Capital, dan SoftBank Internet and Media Inc. (SIMI).
Puncaknya adalah kucuran dana dari Alibaba Group senilai US$1,1 miliar atau sekitar Rp14,7 triliun tepat di hari ulang tahun ke-8 Tokopedia pada 17 Agustus 2017 lalu. Toped pun berhasil mencatatkan diri sebagai startup unicorn di Indonesia dengan valuasi nilai yang telah mencapai lebih dari US$1 miliar.
3. Bukalapak
Gambar via thejournale.com |
Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono pada tahun 2010 dengan visi mengubah hidup banyak orang dengan memajukan UMKM melalui internet. Awalnya, Zaky mengajak para pedagang di mall untuk bergabung di Bukalapak.com, namun respon yang diberikan para pedagang di mall sangat rendah. Sebaliknya, respon positif justru datang dari para pedagang kecil. Sejak itu, Achmad Zaky dan tim Bukalapak.com fokus mengajak para pelaku UMKM untuk bergabung sebagai merchants di Bukalapak.
Bukalapak pun memiliki program khusus untuk memfasilitasi para UKM yang ada di Indonesia untuk melakukan transaksi jual beli secara online. Hal ini dilatarbelakangi alasan transaksi melalui online dapat mempermudah UKM dalam menjual produk-produk yang mereka miliki tanpa harus memiliki toko offline. Sedangkan bagi UKM yang telah memiliki toko offline, Bukalapak berharap dapat membantu meningkatkan penjualan mereka.
Kesuksesan pun menghampiri Bukalapak yang ditandai dengan berbagai pencapaian. Hingga awal 2018, Bukalapak memiliki 35 juta pengguna aktif bulanan dengan jumlah mencapai 2,2 juta pelapak. Bukalapak mencatat pertumbuhan transaksi tiga kali lipat pada 2017 dan jumlah transaksi Bukalapak mencapai 320 ribu perhari.
Bukalapak.com lahir dari pendanaan kantong pribadi para pendirinya. Seiring dengan pertumbuhan yang sangat pesat, pendanaan berasal dari beberapa investor seperti 500 Startups, Batavia Incubator, GREE Ventures, IMJ Investment, Aucfan, IREP, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group). Puncaknya adalah pada 16 November 2017, Zaky mengungkapkan bahwa Bukalapak telah memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar (sekitar Rp13,5 triliun) atau masuk ke deretan startup kategori unicorn di Indonesia, mengikuti jejak Go-Jek dan Tokopedia.
4. Traveloka
Gambar via garow.me |
Bicara tentang startup unicorn, tak bisa lepas dari keberadaan Traveloka. Sebuah startup penyedia layanan tiket online di Indonesia. Pendiri Traveloka merupakan sekelompok anak muda, yaitu Ferry Unardi, Derianto Kusuma, dan Albert Zhang. Ketiganya sepakat memberikan nama Traveloka dan resmi merilis Traveloka pada bulan Oktober 2012. Awalnya, bisnis mereka tidak berjalan dengan mulus karena nyaris tak ada maskapai yang mau bekerja sama dengan mereka.
Mereka pun tidak cepat putus asa dan terus bekerja keras mengembangkan bisnisnya. Lambat laun Traveloka mulai berkembang dan mulai banyak maskapai yang mau bekerja sama dengan mereka. Traveloka tadinya hanya beranggotakan 8 orang dalam menjalankan usahanya. Saat ini, Traveloka sudah memiliki karyawan sebanyak lebih dari ratusan orang yang terbagi-bagi dalam berbagai divisi atau departemen.
Traveloka pun berkembang dengan sangat pesat sebagai salah satu startup tersukses di Indonesia. Sejak didirikan pada tahun 2012 lalu, Traveloka terus mendapatkan suntikan dana dari beberapa investor seperti East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, hingga Sequoia Capital.untuk mengembangkan bisnisnya.
Terakhir, platform travel online berskala global Expedia menjadi investor dengan menyuntikkan modal senilai US$ 500 juta alias Rp. 6,6 triliun. Expedia pun lantas memposisikan diri sebagai penyumbang modal terbesar dengan angka US$ 350 juta. Dengan investasi dari Expedia tersebut, Traveloka tak hanya memperoleh tambahan modal untuk memperluas atau ekspansi bisnis lainnya. Selain itu, Traveloka berpeluang juga untuk membuka jaringan akomodasi lebih jauh lagi secara global bersama Expedia.
Kucuran dana dari Expedia membuat Traveloka masuk menjadi salah satu perusahaan startup unicorn bersama dengan Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak. menjadi perusahaan startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Kesuksesan Traveloka sebagai agen tiket online nomor satu di Indonesia membuat nama Ferry Unardi, pendiri yang kini menjabat sebagai CEO Traveloka melejit namanya.
Hingga saat ini Traveloka memiliki nilai valuasi mencapai sekitar 26,2 triliun rupiah. Total kunjungan ke website Traveloka mencapai 16.5 juta orang tiap bulannya. Bisnisnya pun turut berkembang, tak hanya melayani penjualan tiket pesawat saja. Traveloka pun sudah merambah ke jasa reservasi hotel dan juga tiket kereta api.
Yang pasti, Traveloka muncul di saat yang tepat. Masyarakat Indonesia memang sedang gemar-gemarnya untuk pergi berwisata. Traveloka yang layanan awalnya menyediakan beragam tiket penerbangan, sudah pasti dibanjiri oleh pengunjung di situsnya untuk mencari tiket pesawat yang termurah. Hal ini ditambah lagi dengan fitur pelengkap di Traveloka yang menyediakan beragam pilihan hotel serta tiket kereta dan tempat atraksi wisata untuk konsumennya.
Yang pasti, keempat startup unicorn tersebut menjadi sebuah sarana pembelajaran sekaligus lecutan semangat untuk tumbuhnya bisnis digital di Indonesia. Bahwa valuasi startup digital masih sangat menarik untuk dicicipi. Apalagi, pemerintah juga sudah mendorong munculnya startup unicorn lokal Indonesia dengan target 1.000 startup unicorn yang ingin dikembangkan pemerintah pada 2020 mendatang. (Marthapuri Dwi Utari)
Loading...
Post a Comment