KompasTV: Melanggengkan Konglomerasi Media?
Populer di jalur persuratkabaran, kini Kompas hadir di layar kaca. Mengudara secara penuh mulai tanggal 9 September 2011 di frekuensi bervariasi, KompasTV bekerjasama dengan saluran lokal di beberapa wilayah Indonesia.
KompasTV hadir di saluran ktv (28 UHF) untuk wilayah Jabodetabek, stv (34 UHF) Bandung, btv (47 UHF) Semarang, atv (32 UHF) Batu-Malang Raya, bctv (40 UHF) Surabaya, mostv (52 UHF) Palembang, khatulistiwatv (39 UHF) Pontianak, makassartv (23 UHF) Makassar, dan dewatatv (23 UHF) Bali. Untuk beberapa kota besar lainnya dikabarkan akan menyusul. Selain itu, KompasTV juga hadir di televisi berlangganan seperti FirstMedia, Indovision, TelkomVision, aora, yestv, dan lainnya.
Inspirasi Indonesia. Demikian tagline yang diusung KompasTV. Komposisi program KompasTV adalah 60 persen berita dan inspiring knowledge serta 40 persen hiburan (entertainment).
KompasTV, sebelumnya, telah lebih dulu mengudara secara online di dunia maya yang menyediakan berita dan infotainment dalam bentuk flash video streaming tanpa buffering baik secara on-demand video streaming maupun live-video streaming. Televisi online tersebut – sebelumnya diakses melalui www.kompas-tv.com.
Mengudaranya KompasTV tentu bukanlah hal yang terlalu istimewa. Mengingat selama ini, Kompas Gramedia sebagai induk perusahaan memiliki jaringan bisnis media massa yang sangat kuat. Ditambah lagi pengalaman Kompas Gramedia yang pernah mempunyai stasiun televisi, yaitu TV7. Kini, TV7 telah dimiliki oleh TransCorp. dan berganti nama menjadi Trans7 sejak tahun 2006.
Patut disimak, kehadiran KompasTV menggambarkan adanya kecenderungan konglomerasi media yang sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Sebuah kecenderungan yang sifatnya global. Tidak hanya di Indonesia, hal itu pun terjadi di luar negeri.
Konglomerasi media merupakan sebuah gambaran perusahaan berskala besar yang memiliki unit usaha media massa yang berbeda. Konsentrasi kepemilikan media massa pada kelompok raksasa media adalah ciri adanya gejala tersebut.
Lihat saja, Kompas Gramedia memiliki unit usaha mulai dari media massa – surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio – toko buku, percetakan, penerbitan, event organizer, hotel, hingga lembaga pendidikan.
Konsentrasi media perlu dikhawatirkan. Keseragaman informasi yang mengarah pada komersialisasi media massa menjadi sulit dielakkan. Tayangan informasi yang bermutu susah didapat. Yang menjadi korban siapa lagi kalau bukan masyarakat umum. Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang perlu diketahui pun terabaikan.
Tentu saja kita perlu berharap. KompasTV memberikan keberagaman informasi edukatif yang benar-benar perlu diketahui masyarakat. Tidak ikut-ikutan menjadi corong politik demi kepentingan kekuasaan semata. (bitebrands)
KompasTV hadir di saluran ktv (28 UHF) untuk wilayah Jabodetabek, stv (34 UHF) Bandung, btv (47 UHF) Semarang, atv (32 UHF) Batu-Malang Raya, bctv (40 UHF) Surabaya, mostv (52 UHF) Palembang, khatulistiwatv (39 UHF) Pontianak, makassartv (23 UHF) Makassar, dan dewatatv (23 UHF) Bali. Untuk beberapa kota besar lainnya dikabarkan akan menyusul. Selain itu, KompasTV juga hadir di televisi berlangganan seperti FirstMedia, Indovision, TelkomVision, aora, yestv, dan lainnya.
Inspirasi Indonesia. Demikian tagline yang diusung KompasTV. Komposisi program KompasTV adalah 60 persen berita dan inspiring knowledge serta 40 persen hiburan (entertainment).
KompasTV, sebelumnya, telah lebih dulu mengudara secara online di dunia maya yang menyediakan berita dan infotainment dalam bentuk flash video streaming tanpa buffering baik secara on-demand video streaming maupun live-video streaming. Televisi online tersebut – sebelumnya diakses melalui www.kompas-tv.com.
Mengudaranya KompasTV tentu bukanlah hal yang terlalu istimewa. Mengingat selama ini, Kompas Gramedia sebagai induk perusahaan memiliki jaringan bisnis media massa yang sangat kuat. Ditambah lagi pengalaman Kompas Gramedia yang pernah mempunyai stasiun televisi, yaitu TV7. Kini, TV7 telah dimiliki oleh TransCorp. dan berganti nama menjadi Trans7 sejak tahun 2006.
Patut disimak, kehadiran KompasTV menggambarkan adanya kecenderungan konglomerasi media yang sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Sebuah kecenderungan yang sifatnya global. Tidak hanya di Indonesia, hal itu pun terjadi di luar negeri.
Konglomerasi media merupakan sebuah gambaran perusahaan berskala besar yang memiliki unit usaha media massa yang berbeda. Konsentrasi kepemilikan media massa pada kelompok raksasa media adalah ciri adanya gejala tersebut.
Lihat saja, Kompas Gramedia memiliki unit usaha mulai dari media massa – surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio – toko buku, percetakan, penerbitan, event organizer, hotel, hingga lembaga pendidikan.
Konsentrasi media perlu dikhawatirkan. Keseragaman informasi yang mengarah pada komersialisasi media massa menjadi sulit dielakkan. Tayangan informasi yang bermutu susah didapat. Yang menjadi korban siapa lagi kalau bukan masyarakat umum. Hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang perlu diketahui pun terabaikan.
Tentu saja kita perlu berharap. KompasTV memberikan keberagaman informasi edukatif yang benar-benar perlu diketahui masyarakat. Tidak ikut-ikutan menjadi corong politik demi kepentingan kekuasaan semata. (bitebrands)
Loading...
Post a Comment