Berkaca pada Kasus Awkarin dan Anya Geraldine, Brand Endorsement via Media Sosial: Sekadar Cari Popularitas?

Berkaca pada Kasus Awkarin dan Anya Geraldine, Brand Endorsement via Media Sosial: Sekadar Cari Popularitas? - Karin Novilda alias Awkarin, cewek asal Riau yang sedang menginjak masa remaja ini, sedang panas-panasnya dibicarakan oleh para netizen. Apalagi kalau bukan ulahnya yang menuai banyak kontroversi, mulai dari posting-an di media sosial seperti Instagram yang menampilkan foto-foto terbarunya yang cenderung vulgar dan dianggap merusak moral bangsa, hingga video di YouTube yang menayangkan masa-masa pacaran Karin yang cenderung kebablasan menurut budaya Timur.

Foto-foto maupun video ter-update milik Awkarin yang menghebohkan tersebut menjadi viral dan membuat banyak orang penasaran. Berkat isu, gosip, dan pemberitaan terkini yang cenderung negatif di internet, Awkarin memperoleh banyak kritikan, cacian, dan hujatan oleh para haters-nya. Meski demikian, tak sedikit pula yang mengidolakan selebgram dadakan yang satu ini. Entah apa alasannya. Hingga posting-an ini diturunkan, pemilik akun Instagram @awkarin itu sudah mencapai lebih dari 1 juta followers.


Loading...



Setali tiga uang dengan Awkarin, Anya Geraldine juga membuat kegemparan yang mengusik para netizen. Posting-an Anya Geraldine berupa foto-foto yang menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya dan video mesra pacaran dengan gaya hidup hedonis dan kebarat-baratan dinilai memberikan contoh yang buruk.

Berkat kontroversi dan ulahnya yang meresahkan masyarakat Indonesia, kedua selebgram karbitan tersebut harus berhadapan dengan organisasi yang mempunyai kepedulian terhadap masa depan generasi bangsa. Salah satunya adalah KPAI (Komisi Perlidungan Anak Indonesia) yang melaporkan kasus itu ke Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) untuk ditindaklanjuti. Meski demikian, baik Awkarin maupun Anya seolah tidak peduli alias cuek dengan gosip dan berita miring yang menerpanya.

Posting-an kali ini memang tidak membahas secara khusus tentang Awkarin maupun Anya Geraldine beserta kontroversi dan bumbu cerita di baliknya. Namun, lebih kepada bagaimana pengaruh fenomena kemunculan selebgram terhadap cara pemasaran produk secara online, dalam hal ini brand endorsement lewat media sosial.

Popularitas selebgram, tak terbatas pada Awkarin dan Anya Geraldine, membuat orang, pemilik online shop, brand atau perusahaan, tergoda untuk membuat selebgram tersebut menjadi brand endorser bagi produknya. Brand endorsement lewat selebgram dipandang sebagai salah satu cara untuk memasarkan produk maupun jasa.

Benarkah brand endorsement lewat media sosial merupakan strategi pemasaran online yang tepat?


Gambar: BiteBrands.co

Kehadiran media sosial membawa angin perubahan yang cepat dalam strategi pemasaran terkini. Pemasaran lewat media sosial merangsang adanya interaksi yang bersifat timbal balik. Pemilik brand bisa memperoleh feedback dan respon dengan segera melalui campaign yang dilakukan lewat media sosial. Perlu dicatat, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pemakai internet terbesar di dunia yang jumlahnya lebih dari 104 juta pengguna pada tahun 2016 menurut statista.com.

Dan, salah satu cara promosi di media sosial yang sering dilakukan yaitu pemanfaatan brand endorser untuk menarik para fans atau pengikut dan memicu terjadinya pembelian. Istilah endorse produk pun menjadi populer bagi para pengguna Instagram khususnya. Sebagai contoh, musisi terkenal Indonesia Isyana Sarasvati yang merupakan brand ambassador merk handphone Oppo dan situs e-commerce Tokopedia.com terlihat beberapa kali mem-posting gambar atau video lewat akun Instagram-nya yang mempromosikan brand-brand terkenal tersebut.


Loading...



Ada beberapa alasan kenapa pemilik brand memilih seseorang sebagai brand endorser. Salah satunya adalah popularitas sang brand endorser itu. Tidaklah mengherankan jika orang-orang terkenal seperti artis, selebriti atau orang biasa dengan banyak followers macam Awkarin atau Anya Geraldine dilirik pemilik brand atau online shop untuk mempromosikan produk dan jasanya. Namun, pemilihan  brand endorser yang baik bukan semata hanya karena popularitas brand endorser tersebut.

Alasan lain penggunaan brand endorser yaitu: brand endorser mampu membuat sebuah brand terlihat lebih manusiawi dan memperbesar terjadinya pembelian yang mengarah pada loyalitas konsumen. Media sosial yang bersifat peer to peer dan mengarah pada pemasaran word of mouth membuat sosok yang diidolakan dengan jumlah followers berjibun menjadi sangat berperan dan memiliki pengaruh yang besar.

Pemilihan brand endorser yang tepat perlu mempertimbangkan beberapa hal ini, yaitu: brand endorser sudah selayaknya dipilih karena ada kesesuaian antara atribut-atribut dan audiens merek dengan personality brand endorser tersebut. Misalnya, Agnez Monica yang digaet menjadi brand ambassador vendor handphone asal Tiongkok, Vivo. Agnez Monica dipilih sebagai brand ambassador Vivo karena aktivitasnya yang mobile di dunia entertainment selaras dengan semangat Vivo untuk selalu berinovasi dan mengedepankan performa cepat.

Bagai pisau bermata dua, pemakaian brand endorser memiliki risiko yang sangat tinggi dan bisa berdampak buruk yaitu menurunkan citra merek jika tidak direncanakan dengan baik. Apalagi jika brand endorser yang dipilih adalah selebgram yang banyak menuai komentar negatif macam Awkarin atau Anya Geraldine. Masih ingat dengan iklan sabun Lux yang dibintangi oleh Ariel "Peterpan" dan Luna Maya pada tahun 2010? Iklan yang cenderung vulgar tersebut akhirnya ditarik dari peredaran setelah keduanya terlibat skandal video seks yang menggegerkan itu.

Jika menengok akun Instagram para selebgram, kita bisa melihat bahwa umumnya mereka dengan percaya diri menawarkan jasa paid promote atau endorse pada bagian bio-nya. Namun, apakah mereka tahu esensi dari brand endorsement? Boleh saja Awkarin dan Anya Geraldine mendapatkan popularitas, tapi kredibilitas tak bisa dilupakan begitu saja. Apakah Awkarin dan Anya Geraldine memiliki kredibilitas yang bisa mendongkrak brand image? Hal-hal itulah yang layak dipertanyakan.

Memang, tidak ada salahnya sebuah brand mencari popularitas lewat selebgram di media sosial. Sebuah brand bisa lebih cepat laku di pasaran jika namanya dikenal oleh masyarakat luas. Tapi, yang perlu diingat bahwa branding bukan terbatas pada promosi maupun periklanan semata. Branding adalah sebuah proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen pada pencapaian kepuasan konsumen dan konsistensi untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan secara terus menerus.
Loading...

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.