Makna, Filosofi, dan Arti Logo Baru Jogja
Makna, Filosofi, dan Arti Logo Baru Jogja - Yogyakarta atau lebih dikenal dengan Jogja adalah kota dengan segudang julukan. Banyaknya pelajar dan mahasiswa yang menimba ilmu di kota ini membuat Jogja menyandang predikat sebagai kota pendidikan. Tak cuma itu, Jogja kondang dengan kulinernya yang khas, yaitu gudeg yang membuat kota ini disebut pula dengan kota gudeg.
Kehadiran Keraton Yogyakarta dan candi-candi peninggalan nenek moyang membuat kota yang terletak di sebelah selatan pulau Jawa ini sangat kental dengan nuansa seni dan budaya serta sarat dengan nilai sejarah. Hal itu ditambah lagi dengan keelokan pemandangan alam yang membentang, mulai dari pantai, gua, gunung, hingga air terjun. Tak heran, Jogja mengundang banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Berbagai macam keunikan itulah yang membuat Jogja mempunyai nilai jual yang dapat mendatangkan pendapatan daerah. Destination branding sebagai bagian dari strategi pemasaran menjadi pilihan dalam menjual Jogja kepada khalayak yang lebih luas. Upaya destination branding itu dilakukan dengan merancang sebuah logo yang mencerminkan nilai-nilai filosofi Jogja. Kehadiran logo baru Jogja menjadi upaya berkesinambungan untuk memperkenalkan dan memperkuat citra Jogja sebagai kota yang penuh dengan keunikan.
Pada awalnya, logo baru Jogja yang dirancang oleh MarkPlus Inc, milik Hermawan Kertajaya, pakar pemasaran nomor wahid di Indonesia, sempat menuai kritikan dari berbagai kalangan. Memang, pada awalnya visual logo yang dirancang masih belum sempurna sehingga masih memerlukan banyak penyesuaian. Para praktisi desain dan tokoh masyarakat pun dilibatkan dalam upaya merancang logo yang dianggap mampu mewakili dan memuat nilai-nilai filosofi kota Jogja serta dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Dan, setelah melewati berbagai macam tahapan yang kompleks, logo baru Jogja akhirnya diperkenalkan kepada masyakarakat melalui sebuah event bertajuk “Jogja Gumregah”. Event tersebut diselenggarakan dalam rangka Pisowanan Agung, Jumenengan ke-26 Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang menampilkan pawai budaya dan peluncuran citizen branding “Jogja Istimewa”.
Bentuk logo baru Jogja terlihat simple, elegan, progresif dan menggunakan huruf kecil (lowercase) yang didesain berdasarkan aksara Jawa dengan warna utama merah bata. Huruf kecil tersebut yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. Sedangkan warna merah bata diambil dari simbol keraton yang melambangkan keberanian, ketegasan, semangat untuk menghadapi masa depan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal.
Jika sobat perhatikan, huruf “g” terlihat seperti angka “9” yang melambangkan “9 Renaisance” sebagai cita-cita arah pembangunan Yogyakarta. Jogja Renaisance yang digagas oleh Sri Sultan HB X tersebut termanifestasikan dalam Jogja Gumregah yang mengusung tekad kemajuan di bidang: pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energy, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang dan lingkungan.
Kehadiran Keraton Yogyakarta dan candi-candi peninggalan nenek moyang membuat kota yang terletak di sebelah selatan pulau Jawa ini sangat kental dengan nuansa seni dan budaya serta sarat dengan nilai sejarah. Hal itu ditambah lagi dengan keelokan pemandangan alam yang membentang, mulai dari pantai, gua, gunung, hingga air terjun. Tak heran, Jogja mengundang banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Berbagai macam keunikan itulah yang membuat Jogja mempunyai nilai jual yang dapat mendatangkan pendapatan daerah. Destination branding sebagai bagian dari strategi pemasaran menjadi pilihan dalam menjual Jogja kepada khalayak yang lebih luas. Upaya destination branding itu dilakukan dengan merancang sebuah logo yang mencerminkan nilai-nilai filosofi Jogja. Kehadiran logo baru Jogja menjadi upaya berkesinambungan untuk memperkenalkan dan memperkuat citra Jogja sebagai kota yang penuh dengan keunikan.
Loading...
Pada awalnya, logo baru Jogja yang dirancang oleh MarkPlus Inc, milik Hermawan Kertajaya, pakar pemasaran nomor wahid di Indonesia, sempat menuai kritikan dari berbagai kalangan. Memang, pada awalnya visual logo yang dirancang masih belum sempurna sehingga masih memerlukan banyak penyesuaian. Para praktisi desain dan tokoh masyarakat pun dilibatkan dalam upaya merancang logo yang dianggap mampu mewakili dan memuat nilai-nilai filosofi kota Jogja serta dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Dan, setelah melewati berbagai macam tahapan yang kompleks, logo baru Jogja akhirnya diperkenalkan kepada masyakarakat melalui sebuah event bertajuk “Jogja Gumregah”. Event tersebut diselenggarakan dalam rangka Pisowanan Agung, Jumenengan ke-26 Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang menampilkan pawai budaya dan peluncuran citizen branding “Jogja Istimewa”.
Bentuk logo baru Jogja terlihat simple, elegan, progresif dan menggunakan huruf kecil (lowercase) yang didesain berdasarkan aksara Jawa dengan warna utama merah bata. Huruf kecil tersebut yang melambangkan egaliterisme, kesederajatan, dan persaudaraan. Sedangkan warna merah bata diambil dari simbol keraton yang melambangkan keberanian, ketegasan, semangat untuk menghadapi masa depan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal.
Jika sobat perhatikan, huruf “g” terlihat seperti angka “9” yang melambangkan “9 Renaisance” sebagai cita-cita arah pembangunan Yogyakarta. Jogja Renaisance yang digagas oleh Sri Sultan HB X tersebut termanifestasikan dalam Jogja Gumregah yang mengusung tekad kemajuan di bidang: pendidikan, pariwisata, teknologi, ekonomi, energy, pangan, kesehatan, keterlindungan warga, tata ruang dan lingkungan.
Loading...
Post a Comment